Pengenalan Metode Biooksidasi untuk Pengolahan Bijih Emas


Selasa, 2024-11-05


Dalam industri pertambangan emas, proses pengolahan bijih emas sering kali mengalami tantangan besar, terutama ketika bijih emas terperangkap dalam mineral-mineral sulfida yang sulit diolah, seperti pirit dan arsenopirit. Bijih emas jenis ini dikenal sebagai bijih emas refraktori, dan membutuhkan metode pengolahan yang berbeda dari metode konvensional. Salah satu metode yang berkembang dan semakin banyak digunakan untuk mengolah bijih emas refraktori adalah biooksidasi. Biooksidasi menggunakan mikroorganisme untuk mengoksidasi mineral sulfida dalam bijih, sehingga emas dapat dilepaskan dan siap diolah lebih lanjut.


Apa Itu Biooksidasi?

Biooksidasi adalah proses pra-pengolahan bijih emas yang menggunakan bakteri khusus, seperti Acidithiobacillus ferrooxidans dan A. thiooxidans, untuk mengurai mineral sulfida yang melapisi bijih emas. Mikroorganisme ini bekerja dengan cara mengoksidasi komponen sulfida dalam mineral, sehingga struktur mineral tersebut melemah dan membebaskan emas yang ada di dalamnya. Setelah proses biooksidasi selesai, bijih emas dapat diolah dengan proses sianidasi untuk mendapatkan emas murni.


Metode ini berlangsung dalam kondisi lingkungan yang sangat asam (pH 1-2) dan suhu yang relatif rendah, antara 30-55°C. Karena biooksidasi menggunakan bakteri alih-alih proses termal, metode ini dianggap lebih hemat energi dan lebih ramah lingkungan dibandingkan metode konvensional seperti pirometalurgi (pemanggangan) yang membutuhkan suhu sangat tinggi.


Tahapan dalam Biooksidasi

  1. Persiapan Bijih: Bijih emas dipersiapkan dan dihancurkan sesuai ukuran yang diinginkan sebelum dimasukkan ke dalam tangki biooksidasi.
  2. Inokulasi Bakteri: Bakteri yang digunakan untuk proses biooksidasi dimasukkan ke dalam tangki bersama bijih emas, kemudian bakteri mulai bekerja mengoksidasi mineral sulfida.
  3. Pengontrolan Suhu dan pH: Suhu dan tingkat keasaman (pH) dijaga dalam rentang tertentu untuk menjaga aktivitas bakteri tetap optimal.
  4. Pengolahan Lanjutan: Setelah proses oksidasi selesai, emas dalam bijih lebih mudah diolah melalui proses sianidasi atau metode lainnya untuk pemurnian lebih lanjut.

Kelebihan Biooksidasi

  • Ramah Lingkungan: Tidak menghasilkan gas-gas beracun seperti sulfur dioksida (SO₂), sehingga mengurangi polusi udara dan dampak negatif pada lingkungan.
  • Efisien untuk Bijih Emas Refraktori: Metode ini sangat cocok untuk bijih yang mengandung mineral sulfida seperti pirit dan arsenopirit, yang biasanya sulit diolah dengan metode biasa.
  • Biaya Energi Lebih Rendah: Proses berlangsung pada suhu rendah dan tidak memerlukan pembakaran, sehingga lebih hemat energi dan biaya operasional.
  • Dapat Mengolah Bijih dengan Kadar Emas Rendah: Biooksidasi memungkinkan pengolahan emas berkadar rendah secara ekonomis karena dapat diterapkan dalam skala besar.
  • Proses yang Aman: Berjalan dalam kondisi operasi yang lebih rendah dari segi suhu dan tekanan, menjadikannya lebih aman dibandingkan metode yang menggunakan suhu tinggi atau bahan kimia reaktif.

Kelemahan Biooksidasi

  • Waktu Proses yang Lebih Lama: Proses biooksidasi bisa berlangsung lebih lama dibandingkan dengan metode pemanggangan, karena memerlukan waktu untuk mikroorganisme melakukan oksidasi.
  • Terbatas pada Jenis Bijih Tertentu: Biooksidasi efektif untuk bijih dengan kandungan sulfida tinggi, sehingga kurang efektif untuk bijih dengan sulfida rendah atau tanpa kandungan sulfida.
  • Ketergantungan pada Kondisi Lingkungan: Proses ini memerlukan kontrol yang ketat pada suhu dan pH untuk menjaga aktivitas bakteri, yang bisa menjadi tantangan dalam pengelolaannya.
  • Biaya Infrastruktur: Fasilitas biooksidasi membutuhkan investasi awal yang besar untuk pembangunan tangki, sistem kontrol, dan pemeliharaan lingkungan yang sesuai bagi bakteri.
  • Sensitivitas terhadap Kontaminasi: Bakteri yang digunakan sensitif terhadap kontaminasi logam atau senyawa yang dapat menghambat aktivitasnya, sehingga memerlukan pengendalian lingkungan yang ketat.

Kesimpulan

Metode biooksidasi adalah alternatif yang inovatif dan ramah lingkungan untuk pengolahan bijih emas refraktori. Dengan memanfaatkan bakteri pengoksidasi sulfida, metode ini memungkinkan bijih emas yang sulit diolah menjadi lebih mudah diproses dan diekstraksi. Walaupun metode ini memiliki beberapa kelemahan, seperti waktu proses yang lebih lama dan ketergantungan pada kondisi lingkungan yang ketat, kelebihannya yang lebih ramah lingkungan dan efisien secara energi menjadikan biooksidasi sebagai metode pengolahan yang relevan dan berkelanjutan di masa depan.


Biooksidasi adalah contoh dari teknologi biohidrometalurgi yang semakin berkembang dan potensial untuk diterapkan secara luas, terutama di tambang-tambang yang memiliki bijih emas refraktori. Metode ini diharapkan terus mengalami inovasi agar dapat menghasilkan pengolahan yang lebih cepat dan efisien serta mendukung praktik penambangan yang lebih ramah lingkungan.


Sumber

Handayani, Sri & Suratman, Suratman. (2017). Biooksidasi: Teknologi alternatif pengolahan bijih emas refraktori. Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara, 13(3), 197-211. doi:10.30556/jtmb.Vol13.No3.2017.191.


Sumber:

Berita Lainnya

Staf Khusus Presiden Sebut Negara-negara di Global North Berkontribusi 92% Emisi Global



ASM Ajak Menilik Potensi Investasi Industri Nikel



Pajak Progresif Nikel Mengancam Keberadaan Hilirisasi



Pergerakan Ekonomi Nasional Melalui Hilirisasi Nikel



Baru 26% RKAB Mineral Disetujui, Ini Rencana Produksi Nikel, Emas Dkk



Nikel, Emas, dan Tembaga, Tiga Komoditas Mineral Andalan Indonesia di Pasar Global



7 Pulau yang Menyimpan Cadangan Emas Terbesar di Indonesia



Pabrik Nikel Menjamur, Investasi di 2023 lalu Tembus Rp39 Triliun



Realisasi Produksi Mineral Indonesia di Bawah Target 2023 : Peluang?



Realisasi Investasi ESDM 2023, Smelter Nikel Capai US$2.676,4 Juta



Industri Logam Dasar Tumbuh Pesat 14,17%, Ada Andil Permintaan dari China?



Menteri ESDM: Aturan Relaksasi Ekspor Mineral Mentah Sedang Disiapkan



Pemanfaatan Nikel 2040 Diprediksi Masih Didominasi Baja Anti Karat



Gak Cuma China, Ini Negara Penikmat Produk Nikel RI



Pemanfaatan Nilai Tambah Hilirisasi Nikel RI Dinilai Masih Rendah



7 Aspek Penting untuk Keberlanjutan Industri Nikel di Indonesia



Organisasi Nikel Internasional Bujuk Indonesia Bergabung Kembali



Penggunaan Limbah Slag Nikel Sebagai Material Konstruksi Jalan Ramah Lingkungan



Dampak Kerja Sama Investasi Nikel Indonesia-China Terhadap Pertumbuhan Ekonomi



Pengaruh Suhu dan Konsentrasi Terhadap Pemisahan Nikel dari Logam Pengotor Menggunakan Metode Leaching



Penelitian Baterai Nikel dan Hubungan Bilateral Indonesia-Korea di Bidang Industri, Perdagangan, dan Transisi Energi



Mengamankan Masa Depan Industri Nikel, Pentingnya Moratorium Pembangunan Smelter di Indonesia



Pengenalan Metode Biooksidasi untuk Pengolahan Bijih Emas



Nikel Pilar Utama Dalam Industri Baterai Kendaraan Listrik dan Masa Depan Energi Bersih



Potensi Terak Nikel sebagai Agregat Beton



Keunggulan Daya Saing Nikel Indonesia di Pasar Internasional



Potensi dan Pengembangan Industri Berbasis Unsur Tanah Jarang di Indonesia



Optimasi Proses Hidrometalurgi untuk Mineral Emas Porfiri dan Sulfida Rendah



Efektivitas Carsul dalam Menurunkan Konsentrasi Chrome Hexavalent pada Limbah Tambang Nikel



Efektivitas Carsul dalam Menurunkan Konsentrasi Chrome Hexavalent pada Limbah Tambang Nikel