Pabrik Nikel Menjamur, Investasi di 2023 lalu Tembus Rp39 Triliun


Rabu, 2024-04-24


Jakarta, CNBC Indonesia - Kebijakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menggencarkan hilirisasi tak pelak berdampak pada semakin menjamurnya pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) di dalam negeri, terutama untuk komoditas nikel.

Tak tanggung-tanggung, sebanyak 111 smelter nikel diperkirakan akan beroperasi pada beberapa tahun mendatang.

Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), 111 unit smelter tersebut terdiri dari 9 proyek dengan Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan 102 non-IUP atau Izin Usaha Industri (IUI).

Dari target tersebut, sebanyak 37 proyek smelter di antaranya telah beroperasi, yakni 5 smelter oleh pemegang IUP dan 32 smelter dari pemegang IUI.

Adapun untuk smelter nikel yang dilakukan pemegang IUP, pada 2023 ini ditargetkan bertambah satu proyek lagi yang mulai beroperasi, sehingga total smelter nikel yang beroperasi hingga 2023 bisa mencapai 6 proyek.

Subkoordinator Produksi Batu Bara dan Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM, Azaria Indrawardhana mengatakan investasi pembangunan smelter nikel oleh pemegang IUP pada 2023 lalu diperkirakan mencapai US$ 2,6 miliar atau setara Rp 39,4 triliun (asumsi kurs Rp 15.185 per US$).

Adapun untuk total investasi proyek smelter sejumlah komoditas di Tanah Air, termasuk bauksit, tembaga, dan besi diperkirakan mencapai US$ 11,66 miliar atau sekitar Rp 177 triliun.

"Smelter nikel ada lima saat ini dan rencananya mungkin dua tahun ke depan setidaknya kita punya dua dan total tujuh smelter, kita sedang merencanakan tujuh smelter sekarang, untuk smelter dari pemegang IUP," jelasnya dalam acara 'Nickel Conference' CNBC Indonesia, Jakarta, dikutip Senin (7/8/2023).

"Nilai smelter nikel untuk tahun ini diperkirakan sekitar US$ 2,67 miliar," ucapnya.

Selain itu, dia mengungkapkan menjamurnya smelter nikel di Indonesia juga tercermin dari banyaknya Izin Usaha Pertambangan (IUP) nikel. Saat ini terdapat 3 pemegang Kontrak Karya (KK) pertambangan nikel dan 300 pemegang IUP nikel.

"Kami memiliki 303 IUP. Tiga kontrak kerja dan 300 IUP yang terdaftar ke sistem kami dan ke Sistem Kementerian ESDM," ujar Azaria.

Seperti diketahui, cadangan nikel RI merupakan no.1 terbesar di dunia, yakni menguasai 21% cadangan nikel dunia. Begitu juga dari sisi produksi. Produksi nikel RI merupakan terbesar no.1 di dunia, menguasai 48% pasokan nikel dunia.

"Ya saat ini kita memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, yakni sekitar 21% dari total cadangan dunia. Untuk produksi, Indonesia terhitung berkontribusi sebesar 48% dari total produksi nikel dunia saat ini. Bersyukur biaya produksi di Indonesia rendah," tuturnya.

Komoditas nikel ini merupakan salah satu komoditas penting dan sangat berharga, khususnya untuk pembuatan baterai dan mobil listrik.

Bahkan, Indonesia bermimpi menjadi 'raja' baterai kendaraan listrik, melalui program hilirisasinya. Bukan tanpa progres, Indonesia melalui program hilirisasinya sudah mampu menghasilkan nikel sulfat atau bahan baku utama penyusun prekursor katoda baterai kendaraan listrik.
Sumber: CNBC Indonesia

Berita Lainnya

Staf Khusus Presiden Sebut Negara-negara di Global North Berkontribusi 92% Emisi Global



ASM Ajak Menilik Potensi Investasi Industri Nikel



Pajak Progresif Nikel Mengancam Keberadaan Hilirisasi



Pergerakan Ekonomi Nasional Melalui Hilirisasi Nikel



Baru 26% RKAB Mineral Disetujui, Ini Rencana Produksi Nikel, Emas Dkk



Nikel, Emas, dan Tembaga, Tiga Komoditas Mineral Andalan Indonesia di Pasar Global



7 Pulau yang Menyimpan Cadangan Emas Terbesar di Indonesia



Pabrik Nikel Menjamur, Investasi di 2023 lalu Tembus Rp39 Triliun



Realisasi Produksi Mineral Indonesia di Bawah Target 2023 : Peluang?



Realisasi Investasi ESDM 2023, Smelter Nikel Capai US$2.676,4 Juta



Industri Logam Dasar Tumbuh Pesat 14,17%, Ada Andil Permintaan dari China?



Menteri ESDM: Aturan Relaksasi Ekspor Mineral Mentah Sedang Disiapkan



Pemanfaatan Nikel 2040 Diprediksi Masih Didominasi Baja Anti Karat



Gak Cuma China, Ini Negara Penikmat Produk Nikel RI



Pemanfaatan Nilai Tambah Hilirisasi Nikel RI Dinilai Masih Rendah



7 Aspek Penting untuk Keberlanjutan Industri Nikel di Indonesia



Organisasi Nikel Internasional Bujuk Indonesia Bergabung Kembali



Penggunaan Limbah Slag Nikel Sebagai Material Konstruksi Jalan Ramah Lingkungan



Dampak Kerja Sama Investasi Nikel Indonesia-China Terhadap Pertumbuhan Ekonomi



Pengaruh Suhu dan Konsentrasi Terhadap Pemisahan Nikel dari Logam Pengotor Menggunakan Metode Leaching



Penelitian Baterai Nikel dan Hubungan Bilateral Indonesia-Korea di Bidang Industri, Perdagangan, dan Transisi Energi



Mengamankan Masa Depan Industri Nikel, Pentingnya Moratorium Pembangunan Smelter di Indonesia



Pengenalan Metode Biooksidasi untuk Pengolahan Bijih Emas



Nikel Pilar Utama Dalam Industri Baterai Kendaraan Listrik dan Masa Depan Energi Bersih



Potensi Terak Nikel sebagai Agregat Beton



Keunggulan Daya Saing Nikel Indonesia di Pasar Internasional



Potensi dan Pengembangan Industri Berbasis Unsur Tanah Jarang di Indonesia



Optimasi Proses Hidrometalurgi untuk Mineral Emas Porfiri dan Sulfida Rendah



Efektivitas Carsul dalam Menurunkan Konsentrasi Chrome Hexavalent pada Limbah Tambang Nikel



Efektivitas Carsul dalam Menurunkan Konsentrasi Chrome Hexavalent pada Limbah Tambang Nikel