Efektivitas Carsul dalam Menurunkan Konsentrasi Chrome Hexavalent pada Limbah Tambang Nikel


Senin, 2025-02-24


Pendahuluan

Industri pertambangan nikel menghasilkan limbah cair yang mengandung berbagai jenis logam berat, termasuk chrome hexavalent (Cr⁶⁺), yang bersifat toksik dan dapat mencemari lingkungan. Salah satu metode yang efektif untuk mengurangi kadar Cr⁶⁺ dalam air limbah adalah dengan menggunakan koagulan. Dalam penelitian terbaru, Carsul, sebuah bahan koagulan berbasis limbah, telah diuji untuk menurunkan konsentrasi Cr⁶⁺ dalam air limbah tambang nikel.

Kandungan Chrome Hexavalent dalam Limbah Tambang Nikel

Cr⁶⁺ sering ditemukan dalam air limbah industri akibat proses pelindian dan ekstraksi logam. Konsentrasi Cr⁶⁺ yang tinggi dapat menyebabkan:

  • Toksisitas terhadap ekosistem perairan, mengganggu organisme air dan menyebabkan bioakumulasi.
  • Dampak kesehatan pada manusia, termasuk risiko kanker dan gangguan ginjal jika terpapar dalam jangka panjang.

Batas aman Cr⁶⁺ dalam air limbah industri menurut Peraturan Pemerintah Indonesia No. 22 Tahun 2021 adalah ≤0,05 mg/L sebelum dibuang ke lingkungan.

Metode Pengolahan Limbah dengan Carsul

Carsul adalah koagulan berbasis limbah yang telah dikembangkan sebagai alternatif bahan kimia konvensional seperti alum dan PAC (Poly Aluminium Chloride). Metode utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah koagulasi-flokulasi, yang terdiri dari beberapa tahap:

  1. Penambahan Koagulan: Carsul ditambahkan ke dalam air limbah dengan dosis tertentu, kemudian diuji sebelum dan sesudah perlakuan.
  2. Proses Koagulasi-Flokulasi: Campuran diaduk dengan kecepatan tinggi untuk mendistribusikan koagulan secara merata, diikuti dengan pengadukan lambat untuk membentuk flok Cr⁶⁺ yang dapat mengendap.
  3. Sedimentasi dan Filtrasi: Flok yang terbentuk diendapkan selama beberapa jam sebelum diuji kembali untuk mengetahui efektivitas penghilangan Cr⁶⁺.

Hasil Penelitian dan Efektivitas Carsul

Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan Carsul sebagai koagulan mampu menurunkan kadar Cr⁶⁺ secara signifikan:

  • Efisiensi penurunan Cr⁶⁺ mencapai 85–95% pada dosis optimal.
  • Konsentrasi awal Cr⁶⁺ dalam air limbah berkisar antara 0,1–0,5 mg/L, dan setelah perlakuan turun hingga ≤0,05 mg/L.
  • pH optimum untuk pengolahan adalah 6–8, di mana proses koagulasi bekerja paling efektif.
Hasil Perbandingan Sebelum dan Sesudah Perlakuan dengan Carsul
Parameter Sebelum Perlakuan Setelah Perlakuan (Carsul 100 mg/L) Efisiensi Pengurangan
Konsentrasi Cr⁶⁺ (mg/L) 0,5 0,04 92%
pH 7,5 7,2 -
Warna dan Kekeruhan Keruh Jernih -

Kesimpulan

Carsul terbukti efektif dalam menurunkan konsentrasi Cr⁶⁺ dalam air limbah tambang nikel, dengan efisiensi penghilangan mencapai 85–95%. Selain ramah lingkungan, metode ini juga lebih ekonomis dibandingkan bahan kimia koagulan konvensional. Namun, diperlukan optimasi lebih lanjut dalam skala industri untuk memastikan kestabilan dan efektivitasnya dalam berbagai kondisi limbah tambang.

Daftar Pustaka

  • Rahmadani, R., & Suryanto, B. (2023). Penggunaan Carsul dalam Menurunkan Chrome Hexavalent pada Limbah Tambang. Jurnal Teknologi Lingkungan, 18(2), 112-125.
  • Peraturan Pemerintah Indonesia No. 22 Tahun 2021 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
  • Badan Lingkungan Hidup. (2020). Studi Kasus Pencemaran Air Akibat Logam Berat di Daerah Pertambangan Nikel.
  • Supriyadi, T., & Handayani, M. (2019). Efektivitas Koagulan Alam dalam Pengolahan Air Limbah Industri. Jurnal Teknik Lingkungan, 15(3), 78-92.

Sumber:

Berita Lainnya

Staf Khusus Presiden Sebut Negara-negara di Global North Berkontribusi 92% Emisi Global



ASM Ajak Menilik Potensi Investasi Industri Nikel



Pajak Progresif Nikel Mengancam Keberadaan Hilirisasi



Pergerakan Ekonomi Nasional Melalui Hilirisasi Nikel



Baru 26% RKAB Mineral Disetujui, Ini Rencana Produksi Nikel, Emas Dkk



Nikel, Emas, dan Tembaga, Tiga Komoditas Mineral Andalan Indonesia di Pasar Global



7 Pulau yang Menyimpan Cadangan Emas Terbesar di Indonesia



Pabrik Nikel Menjamur, Investasi di 2023 lalu Tembus Rp39 Triliun



Realisasi Produksi Mineral Indonesia di Bawah Target 2023 : Peluang?



Realisasi Investasi ESDM 2023, Smelter Nikel Capai US$2.676,4 Juta



Industri Logam Dasar Tumbuh Pesat 14,17%, Ada Andil Permintaan dari China?



Menteri ESDM: Aturan Relaksasi Ekspor Mineral Mentah Sedang Disiapkan



Pemanfaatan Nikel 2040 Diprediksi Masih Didominasi Baja Anti Karat



Gak Cuma China, Ini Negara Penikmat Produk Nikel RI



Pemanfaatan Nilai Tambah Hilirisasi Nikel RI Dinilai Masih Rendah



7 Aspek Penting untuk Keberlanjutan Industri Nikel di Indonesia



Organisasi Nikel Internasional Bujuk Indonesia Bergabung Kembali



Penggunaan Limbah Slag Nikel Sebagai Material Konstruksi Jalan Ramah Lingkungan



Dampak Kerja Sama Investasi Nikel Indonesia-China Terhadap Pertumbuhan Ekonomi



Pengaruh Suhu dan Konsentrasi Terhadap Pemisahan Nikel dari Logam Pengotor Menggunakan Metode Leaching



Penelitian Baterai Nikel dan Hubungan Bilateral Indonesia-Korea di Bidang Industri, Perdagangan, dan Transisi Energi



Mengamankan Masa Depan Industri Nikel, Pentingnya Moratorium Pembangunan Smelter di Indonesia



Pengenalan Metode Biooksidasi untuk Pengolahan Bijih Emas



Nikel Pilar Utama Dalam Industri Baterai Kendaraan Listrik dan Masa Depan Energi Bersih



Potensi Terak Nikel sebagai Agregat Beton



Keunggulan Daya Saing Nikel Indonesia di Pasar Internasional



Potensi dan Pengembangan Industri Berbasis Unsur Tanah Jarang di Indonesia



Optimasi Proses Hidrometalurgi untuk Mineral Emas Porfiri dan Sulfida Rendah



Efektivitas Carsul dalam Menurunkan Konsentrasi Chrome Hexavalent pada Limbah Tambang Nikel



Efektivitas Carsul dalam Menurunkan Konsentrasi Chrome Hexavalent pada Limbah Tambang Nikel