Potensi dan Pengembangan Industri Berbasis Unsur Tanah Jarang di Indonesia


Senin, 2024-12-09


Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang kaya akan sumber daya mineral. Selain timah, emas, dan nikel, Indonesia juga memiliki potensi besar dalam unsur tanah jarang (rare earth elements/REE), yang menjadi bahan strategis untuk berbagai industri, termasuk energi terbarukan, elektronik, dan pertahanan. Sebagai salah satu produk ikutan dari penambangan timah, unsur tanah jarang seperti monasit dan xenotim mulai mendapatkan perhatian dalam pengembangan industri nasional.


Potensi Unsur Tanah Jarang di Indonesia

Indonesia memiliki dua jenis mineral tanah jarang utama, yaitu monasit dan xenotim, yang ditemukan sebagai produk ikutan dari penambangan timah. Mineral ini tersebar luas di daerah penghasil timah seperti Pulau Bangka Belitung dan Kalimantan Barat. Berdasarkan data terbaru:

  • Pulau Bangka Belitung: Menghasilkan 61,5% kandungan tanah jarang ringan dari mineral monasit. Unsur utama yang terkandung adalah cerium (Ce), neodimium (Nd), dan praseodimium (Pr).
  • Kalimantan Barat: Menghasilkan 54% kandungan tanah jarang berat dari mineral xenotim. Unsur utamanya adalah yttrium (Y), europium (Eu), dan gadolinium (Gd).
Kandungan Mineral Tanah Jarang di Indonesia
Mineral Unsur Utama Kandungan (%)
Monasit Cerium (Ce), Neodimium (Nd), Praseodimium (Pr) 61,5%
Xenotim Yttrium (Y), Europium (Eu), Gadolinium (Gd) 54%

Peluang Industri Berbasis Unsur Tanah Jarang

Dengan meningkatnya permintaan global untuk produk berbasis tanah jarang, seperti magnet permanen untuk turbin angin dan kendaraan listrik, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pemain kunci di pasar internasional:

  1. Industri Teknologi dan Energi Terbarukan: - Global Wind Energy Council (GWEC) melaporkan bahwa kebutuhan magnet permanen berbasis neodimium untuk turbin angin akan meningkat hingga 12.000 ton per tahun pada 2030. - Permintaan bahan baku baterai listrik berbasis tanah jarang diproyeksikan tumbuh sebesar 7% per tahun hingga 2035.
  2. Industri Pertahanan: Logam tanah jarang seperti europium dan gadolinium digunakan dalam sistem radar, sonar, dan pelapis antiradiasi. Nilai pasar global bahan tanah jarang untuk industri pertahanan diproyeksikan mencapai USD 5,6 miliar pada 2025.
  3. Hilirisasi dan Nilai Tambah: Dengan membangun pabrik pengolahan tanah jarang di dalam negeri, Indonesia dapat meningkatkan nilai tambah produk hingga 10 kali lipat dibandingkan menjual bahan mentah.

Tantangan dalam Pengembangan

  • Teknologi Pengolahan: Pemisahan tanah jarang memerlukan teknologi tinggi yang saat ini masih bergantung pada negara seperti Cina, yang menguasai 85% kapasitas pemrosesan tanah jarang global.
  • Dampak Lingkungan: Pemisahan tanah jarang menghasilkan limbah radioaktif. Satu ton tanah jarang dapat menghasilkan hingga 2,5 ton limbah radioaktif yang memerlukan pengelolaan ketat.
  • Ketergantungan pada Ekspor Bahan Mentah: Pada 2021, lebih dari 90% mineral tanah jarang Indonesia diekspor dalam bentuk mentah, tanpa pengolahan lanjutan.

Langkah Strategis Pengembangan

Untuk memanfaatkan potensi tanah jarang secara optimal, langkah strategis berikut dapat dilakukan:

  1. Investasi dalam Teknologi Hilirisasi: Membangun fasilitas pemrosesan dan pemurnian tanah jarang dapat menghasilkan pendapatan tambahan hingga USD 1 miliar per tahun.
  2. Regulasi dan Kebijakan Pendukung: Kebijakan larangan ekspor bahan mentah dapat diterapkan untuk mendorong hilirisasi, seperti yang berhasil diterapkan pada nikel.
  3. Riset dan Pengembangan: Kolaborasi antara universitas, lembaga penelitian, dan industri untuk mengembangkan teknologi pengolahan tanah jarang yang lebih efisien dan ramah lingkungan.
  4. Pengelolaan Lingkungan yang Berkelanjutan: Teknologi pengelolaan limbah radioaktif perlu diadopsi untuk meminimalkan dampak negatif.

Kesimpulan

Unsur tanah jarang merupakan aset strategis yang dapat mendukung transformasi industri Indonesia ke arah yang lebih maju. Dengan cadangan melimpah dan permintaan global yang terus meningkat, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pemain utama dalam industri berbasis tanah jarang. Dengan langkah yang tepat, Indonesia dapat mengoptimalkan potensi tanah jarang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan memperkuat daya saing di pasar global.


Sumber Referensi

  • Suryanto, E. (2022). Potensi Mineral Tanah Jarang di Indonesia.
  • Laporan Badan Geologi (2020). Pemetaan Mineral Strategis di Bangka Belitung dan Kalimantan Barat.
  • Global Wind Energy Council (GWEC), 2023.
  • Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara (2022). Karakterisasi dan Potensi Pengolahan Mineral Tanah Jarang.

Sumber:

Berita Lainnya

Staf Khusus Presiden Sebut Negara-negara di Global North Berkontribusi 92% Emisi Global



ASM Ajak Menilik Potensi Investasi Industri Nikel



Pajak Progresif Nikel Mengancam Keberadaan Hilirisasi



Pergerakan Ekonomi Nasional Melalui Hilirisasi Nikel



Baru 26% RKAB Mineral Disetujui, Ini Rencana Produksi Nikel, Emas Dkk



Nikel, Emas, dan Tembaga, Tiga Komoditas Mineral Andalan Indonesia di Pasar Global



7 Pulau yang Menyimpan Cadangan Emas Terbesar di Indonesia



Pabrik Nikel Menjamur, Investasi di 2023 lalu Tembus Rp39 Triliun



Realisasi Produksi Mineral Indonesia di Bawah Target 2023 : Peluang?



Realisasi Investasi ESDM 2023, Smelter Nikel Capai US$2.676,4 Juta



Industri Logam Dasar Tumbuh Pesat 14,17%, Ada Andil Permintaan dari China?



Menteri ESDM: Aturan Relaksasi Ekspor Mineral Mentah Sedang Disiapkan



Pemanfaatan Nikel 2040 Diprediksi Masih Didominasi Baja Anti Karat



Gak Cuma China, Ini Negara Penikmat Produk Nikel RI



Pemanfaatan Nilai Tambah Hilirisasi Nikel RI Dinilai Masih Rendah



7 Aspek Penting untuk Keberlanjutan Industri Nikel di Indonesia



Organisasi Nikel Internasional Bujuk Indonesia Bergabung Kembali



Penggunaan Limbah Slag Nikel Sebagai Material Konstruksi Jalan Ramah Lingkungan



Dampak Kerja Sama Investasi Nikel Indonesia-China Terhadap Pertumbuhan Ekonomi



Pengaruh Suhu dan Konsentrasi Terhadap Pemisahan Nikel dari Logam Pengotor Menggunakan Metode Leaching



Penelitian Baterai Nikel dan Hubungan Bilateral Indonesia-Korea di Bidang Industri, Perdagangan, dan Transisi Energi



Mengamankan Masa Depan Industri Nikel, Pentingnya Moratorium Pembangunan Smelter di Indonesia



Pengenalan Metode Biooksidasi untuk Pengolahan Bijih Emas



Nikel Pilar Utama Dalam Industri Baterai Kendaraan Listrik dan Masa Depan Energi Bersih



Potensi Terak Nikel sebagai Agregat Beton



Keunggulan Daya Saing Nikel Indonesia di Pasar Internasional



Potensi dan Pengembangan Industri Berbasis Unsur Tanah Jarang di Indonesia



Optimasi Proses Hidrometalurgi untuk Mineral Emas Porfiri dan Sulfida Rendah



Efektivitas Carsul dalam Menurunkan Konsentrasi Chrome Hexavalent pada Limbah Tambang Nikel



Efektivitas Carsul dalam Menurunkan Konsentrasi Chrome Hexavalent pada Limbah Tambang Nikel