Potensi Terak Nikel sebagai Agregat Beton


Kamis, 2024-11-28


Industri pertambangan nikel yang berkembang pesat menghasilkan limbah dalam jumlah besar, salah satunya adalah terak nikel. Selama ini, terak nikel sering dianggap sebagai limbah yang sulit dikelola. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa terak nikel memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam industri konstruksi, khususnya sebagai agregat pada beton.

Limbah Nikel Jadi Harta Karun: Potensi Terak Nikel sebagai Agregat Beton Industri pertambangan nikel yang berkembang pesat menghasilkan limbah dalam jumlah besar, salah satunya adalah terak nikel. Selama ini, terak nikel sering dianggap sebagai limbah yang sulit dikelola. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa terak nikel memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam industri konstruksi, khususnya sebagai agregat pada beton.

Apa itu Terak Nikel?

Terak nikel adalah sisa padat yang dihasilkan dari proses peleburan bijih nikel. Material ini memiliki sifat fisik dan kimia yang unik, seperti kandungan silika (SiO2) sekitar 40-50%, besi oksida (Fe2O3) sekitar 20-30%, dan magnesium oksida (MgO) sekitar 10-20%.

Mengapa Terak Nikel Potensial sebagai Agregat Beton?
  • Ketersediaan: Indonesia sebagai salah satu produsen nikel terbesar di dunia menghasilkan jutaan ton terak nikel setiap tahunnya.
  • Sifat Fisik: Terak nikel memiliki berat jenis yang tinggi (sekitar 3,0 g/cm³) dan bentuk partikel yang bervariasi, sehingga dapat berfungsi sebagai agregat kasar maupun halus.
  • Sifat Kimia: Kandungan silika dan kalsium oksida dalam terak nikel dapat bereaksi dengan semen membentuk senyawa yang meningkatkan kekuatan dan durabilitas beton.
  • Ramah Lingkungan: Pemanfaatan terak nikel sebagai agregat beton dapat mengurangi volume limbah yang perlu dibuang dan mengurangi eksploitasi sumber daya alam. Manfaat Penggunaan Terak Nikel sebagai Agregat Beton


Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan terak nikel sebagai agregat beton dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

  • Peningkatan Kekuatan Tekan: Sugiri et al. (2005) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa penggunaan terak nikel sebagai agregat kasar dapat meningkatkan kuat tekan beton hingga 42,27%.
  • Peningkatan Modulus Elastisitas: Penelitian yang sama juga menunjukkan peningkatan modulus elastisitas beton hingga 19,37%.
  • Peningkatan Durabilitas: Terak nikel dapat meningkatkan ketahanan beton terhadap serangan sulfat dan klorida (Saha, Khan, & Sarker, 2018).
  • Pengurangan Biaya: Penggunaan terak nikel sebagai sebagian pengganti agregat konvensional dapat mengurangi biaya produksi beton hingga 10-15%.


Tantangan dan Perkembangan Terbaru

Meskipun memiliki potensi yang besar, pemanfaatan terak nikel sebagai agregat beton masih menghadapi beberapa tantangan, seperti variasi kualitas terak nikel dari berbagai sumber dan perlu adanya standarisasi yang jelas. Namun demikian, berbagai penelitian dan pengembangan terus dilakukan untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut.

Kesimpulan

Pemanfaatan terak nikel sebagai agregat beton merupakan langkah maju dalam upaya pembangunan yang berkelanjutan. Dengan potensi yang besar dan berbagai manfaat yang ditawarkan, terak nikel dapat menjadi solusi yang inovatif untuk mengatasi masalah lingkungan dan memenuhi kebutuhan bahan bangunan.

Referensi

  1. Sugiri, S., Saloma, & Yulianti, R. C. (2005). Persamaan Korelasi Sifat Mekanik Beton Mutu Tinggi dengan Agregat Alami dan Slag Nikel. Jurnal Teknik Sipil, 14(1), 27-40.
  2. Saha, A. K., Khan, M. N. N., & Sarker, P. K. (2018). Resources , Conservation & Recycling Value added utilization of by-product electric furnace ferronickel slag as construction materials : A review. Resources, Conservation & Recycling, 134(December 2017), 10-24.

Sumber:

Berita Lainnya

Staf Khusus Presiden Sebut Negara-negara di Global North Berkontribusi 92% Emisi Global



ASM Ajak Menilik Potensi Investasi Industri Nikel



Pajak Progresif Nikel Mengancam Keberadaan Hilirisasi



Pergerakan Ekonomi Nasional Melalui Hilirisasi Nikel



Baru 26% RKAB Mineral Disetujui, Ini Rencana Produksi Nikel, Emas Dkk



Nikel, Emas, dan Tembaga, Tiga Komoditas Mineral Andalan Indonesia di Pasar Global



7 Pulau yang Menyimpan Cadangan Emas Terbesar di Indonesia



Pabrik Nikel Menjamur, Investasi di 2023 lalu Tembus Rp39 Triliun



Realisasi Produksi Mineral Indonesia di Bawah Target 2023 : Peluang?



Realisasi Investasi ESDM 2023, Smelter Nikel Capai US$2.676,4 Juta



Industri Logam Dasar Tumbuh Pesat 14,17%, Ada Andil Permintaan dari China?



Menteri ESDM: Aturan Relaksasi Ekspor Mineral Mentah Sedang Disiapkan



Pemanfaatan Nikel 2040 Diprediksi Masih Didominasi Baja Anti Karat



Gak Cuma China, Ini Negara Penikmat Produk Nikel RI



Pemanfaatan Nilai Tambah Hilirisasi Nikel RI Dinilai Masih Rendah



7 Aspek Penting untuk Keberlanjutan Industri Nikel di Indonesia



Organisasi Nikel Internasional Bujuk Indonesia Bergabung Kembali



Penggunaan Limbah Slag Nikel Sebagai Material Konstruksi Jalan Ramah Lingkungan



Dampak Kerja Sama Investasi Nikel Indonesia-China Terhadap Pertumbuhan Ekonomi



Pengaruh Suhu dan Konsentrasi Terhadap Pemisahan Nikel dari Logam Pengotor Menggunakan Metode Leaching



Penelitian Baterai Nikel dan Hubungan Bilateral Indonesia-Korea di Bidang Industri, Perdagangan, dan Transisi Energi



Mengamankan Masa Depan Industri Nikel, Pentingnya Moratorium Pembangunan Smelter di Indonesia



Pengenalan Metode Biooksidasi untuk Pengolahan Bijih Emas



Nikel Pilar Utama Dalam Industri Baterai Kendaraan Listrik dan Masa Depan Energi Bersih



Potensi Terak Nikel sebagai Agregat Beton



Keunggulan Daya Saing Nikel Indonesia di Pasar Internasional



Potensi dan Pengembangan Industri Berbasis Unsur Tanah Jarang di Indonesia



Optimasi Proses Hidrometalurgi untuk Mineral Emas Porfiri dan Sulfida Rendah



Efektivitas Carsul dalam Menurunkan Konsentrasi Chrome Hexavalent pada Limbah Tambang Nikel



Efektivitas Carsul dalam Menurunkan Konsentrasi Chrome Hexavalent pada Limbah Tambang Nikel